PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
B. Antara Pantai dan Gua
C. Sebuah Revolusi
1. Antara Batu dan Tulang
Peralatan ini berkembang
pada zaman paleolitikum atau zaman batu tua. Zaman
ini merupakan zaman yang sangat penting karena terkait dengan munculnya
kehidupan baru.Kebudayaan zaman paleolitikum ini secara umum ini terbagi
menjadi kebudayaan kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.
-Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan pacitan berkembang di daerah pacitan, jawa timur. Seorang ahli, von koeningswald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan beberapa hasil teknologi. Alat batu itu masih kasar, dan bentuk ujungnya agak runcing, kapak ini digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian.
-kebudayaan Ngandong
kebudayaan ini berkembang di daerah ngandong dan juga sidorejo, dekat ngawi.Di daerah ini banyak ditentukan alat-alat dari tulang.Alat- alat dari batu, bentuknya indah seperti kalsedon dan alat ini sering di sebut dengan flakke.
Kebudayaan pacitan berkembang di daerah pacitan, jawa timur. Seorang ahli, von koeningswald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan beberapa hasil teknologi. Alat batu itu masih kasar, dan bentuk ujungnya agak runcing, kapak ini digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian.
-kebudayaan Ngandong
kebudayaan ini berkembang di daerah ngandong dan juga sidorejo, dekat ngawi.Di daerah ini banyak ditentukan alat-alat dari tulang.Alat- alat dari batu, bentuknya indah seperti kalsedon dan alat ini sering di sebut dengan flakke.
A. Paleolitikum
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis.
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis.
A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis.Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis.Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.
2. Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai.Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan.Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)
b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah.Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai.Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan.Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)
b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah.Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
B. ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
1. Kapak Genggam
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
1. Kapak Genggam
Kapak
genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
"chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan
sebagai senjata.Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus.Alat ini
juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra
selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing).Alat ini paling banyak ditemukan di
daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut
kebudayan Pacitan.
3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah
satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang
binatang.Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong.Kebanyakan
alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak
bergerigi.Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam
tanah.Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap
ikan.
4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat
kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas
makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari
tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap
ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
B. Mesolitikum
Pengertian
mesolitikum atau arti dari mesolitikum serta istilah mesolitikum atau Sinonim
dari kata mesolitikum adalah:
me·so·li·ti·kum /mésolitikum/ n Geo masa peralihan dl zaman batu
(prasejarah) antara Paleolitikum (zaman batu tua) dan Neolitikum (zaman batu
baru)
A. HASIL KEBUDAYAAN MESOLITHIKUM
1. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)
1. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)
a. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark
yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger
arti sebenarnya adalah sampah dapur.Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah
timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7
meter dan sudah membatu atau menjadi fosil.Kjokkenmoddinger ditemukan
disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan.Dari
bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada
zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan
penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam
yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
b. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian
di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam.Kapak genggam
yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak
genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu dipulau
Sumatra.Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang
dipecah-pecah.
c. Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
d. Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga
ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya).Batu pipisan
selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah.Bahan cat merah berasal dari tanah merah.Cat merah
diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
2. Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)
Berdasarkan
alat-alat kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah Ponorogo -
Madiun Jawa Timur) tahun 1928 - 1931, ditemukan alat-alat dari batu seperti
ujung panah dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa,
dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian terbesar
dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai
Sampung Bone Culture.
3. Kebudayaan Flakes (Flakes Culture)
·
Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat
tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat
perlindungan dari cuaca dan binatang buas.Penyelidikan pertama pada Abris Sous
Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat
Sampung Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara
lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang
sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang
dan tanduk rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang
paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut
sebagai Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di
Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari
kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan di
daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki dan
Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren. Di Sulawesi Selatan juga banyak
ditemukan Abris Sous Roche terutama di daerah Lomoncong yaitu goa Leang Patae
yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya bergerigi
dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh tokoh
peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang masih
ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan zaman
prasejarah.Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong disebut
kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum
yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM. Selain di Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Timor dan Rote.
Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler yang di dalamnya
ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu indah.
B. KEBUDAYAAN BACSON-HOABINH
Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit
kerang di Indo-China, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur.Alat-alat kebudayaannya
terbuat dari batu kali, seperti bahewa batu giling.Pada kebudayaan ini
perhatian terhadap orang meninggal dikubur di gua dan juga di bukit-bukit
kerang.Beberapa mayatnya diposisikan dengan berjongkok dan diberi cat warna
merah.Pemberian cat warna merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat kepada
mereka yang masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit
kerang. Hal seperti ini banyak ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman
Aceh.Bukit-bukit itu telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan
bahwa dulu pernah terjadi pengangkatan lapisan-lapisan bumi.Alur masuknya
kebudayaan ini sampai ke Sumatera melewati Malaka. Di Indonesia ada dua
kebudayaan Bacson-Hoabinh, yakni:
1.
Kebudayaan pebble dan alat-alat dari tulang yang datang ke
Indonesia melalui jalur barat.
2.
Kebudayaan flakes yang datang ke Indonesia melalui jalur timur.
Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia sebagai pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog melakukan penelitian terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk Tonkin daerah asal bangsa Papua Melanosoide. Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes berasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa dan Filipina.
C. KEBUDAYAAN TOALA
Kebudayaan Toala dan yang serumpun dengan itu disebut juga
kebudayaan flake dan blade. Alat-alatnya terbuat dari batu-batu yang menyerupai
batu api dari eropa, seperti chalcedon, jaspis, obsidian dan kapur. Perlakuan
terhadap orang yang meninggal dikuburkan didalam gua dan bila tulang
belulangnya telah mengering akan diberikan kepada keluarganya sebagai
kenang-kenangan. Biasanya kaum perempuan akan menjadikan tulang belulang
tersebut sebagai kalung. Selain itu, didalam gua terdapat lukisan mengenai
perburuan babi dan juga rentangan lima jari yang dilumuri cat merah yang
disebut dengan “silhoutte”. Arti warna merah tanda berkabung.Kebudayaan ini
ditemukan di Jawa (Bandung, Besuki, dan Tuban), Sumatera (danau Kerinci dan
Jambi), Nusa Tenggara di pulau Flores dan Timor.
C. Neolitikum
d. Zaman Neolitikum biasa juga dikenal dengan sebutan Zaman
Batu Muda. Zaman batu muda diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM.
Perkembangan kebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Dalam zaman ini, alat
yang dihasilkan sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi pada
semua bagiannya telah dihaluskan dan persebarannya telah merata di seluruh
Indonesia. Menurut Dr. R. Soekmono, Kebudayaan ini lah yang menjadi dasar
kebudayaan Indonesia sekarang. Dalam zaman ini, terjadi perubahan pola hidup
masyarakat, dari tradisi food gatering ke food producing. Manusia yang hidup
pada zaman ini adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku Toraja, suku
Sasak dan Suku Dayak.
2. Antara Pantai dan Gua
- Mesolitikum
Mesolitikum atau "Zaman Batu Pertengahan" adalah suatu periode
dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan
Neolitik atau Zaman Batu Muda.
Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya
"Jaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang
diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan
sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).
Zaman Mesolitikum di Indonesia
Pada zaman mesolitikum di
Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu
dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai
mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.Tempat
tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger)
dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak
ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.
- Paleolitikum
Paleolitikum adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga
100.000 tahun yang lalu.Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM -
10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di
Afrika, Eropa dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000
SM, manakala pada tahun 20 000 SM, manusia Cro-magnon sudah menguasai
kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa.
Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong.
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.Mereka memburu binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan sebagai makanan.Mereka tidak bercocok tanam.Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan memburu.Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri daripada musuh.Mereka membuat pakaian dari kulit binatang. Selain itu, mereka juga pandai menggunakan api untuk memasak, memanaskan badan dan menakutkan binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Spesies manusia purba yang telah ada: 1. Meganthropus Paleojavanicus 2. Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus) 3. Homo Sapiens (Homo Soloensis, Homo Wajakensis)
Proses pembuatan kapak batu: 1. Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk 2. Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang lebih keras 3. Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga dilindungi dengan kulit.
Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong.
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan.Mereka memburu binatang, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan sebagai makanan.Mereka tidak bercocok tanam.Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan memburu.Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri daripada musuh.Mereka membuat pakaian dari kulit binatang. Selain itu, mereka juga pandai menggunakan api untuk memasak, memanaskan badan dan menakutkan binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Spesies manusia purba yang telah ada: 1. Meganthropus Paleojavanicus 2. Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus) 3. Homo Sapiens (Homo Soloensis, Homo Wajakensis)
Proses pembuatan kapak batu: 1. Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk 2. Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang lebih keras 3. Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga dilindungi dengan kulit.
a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur dari zaman mesolitikum yang ditemukan di
sepanjang pantai timur Pulau Sumatera. Hal ini diteliti oleh Dr. P. V. van
Stein Callenfels pada tahun 1925 dan menurut penelitian yang dilakukannya,
kehidupan manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan
kerang karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 meter. Sampah
dengan ketinggian tersebut kemungkinan telah mengalami proses pembentukan cukup
lama, yaitu mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. Di antara tumpukan sampah
tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta landasannya (pipisan) yang
digunakan untuk menghaluskan cat merah.Cat tersebut diperkirakan digunakan
dalam acara keagamaan atau ilmu sihir. Di tempat itu juga ditemukan banyak
benda-benda kebudayaan seperti kapak genggam yang disebutpebble atau kapak genggam Sumatera (Sumeteralith) sesuai dengan
tempat penemuannya. Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah dua dan
teksturnya masih kasar. Kapak lain yang ditemukan pada zaman ini adalah bache courte (kapak
pendek) yang berbentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam atau chopper. Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang
ditemukan padaKjokkenmoddinger, diperkirakan bahwa manusia yang hidup
pada zaman mesolitikum adalah bangsa Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian
dan Melanesoid).
b. Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia
sebagai tempat tinggal. Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini
juga dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat
Sampung, Ponorogo (Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari
tulang sehingga disebut sebagai Sampung
Bone Culture.Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan
kapak Sumatera dan kapak pendek.Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler
yang menemukan flakes
culture dari
kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua
Melanesoide. Hasil kebudayaanAbris sous roche juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa
disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang
disebut Goa Leang PattaE dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble. Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan
Bandung di Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah Indonesia dan
terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaapebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan flakes(datang melalui jalan timur). Sementara itu, penelitian
kebudayaan Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung
Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin.Kebudayaan yang
ditemukan berupaflakes yang
disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu.
3.SEBUAH REVOLUSI
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupanmasyarakat.Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya.Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut.Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern.Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik.
Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi Perancis, kemudian Revolusi Amerika.Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis.Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosialdan revolusi nasional.
Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal dengan Revolusi Rusia.Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi Perancis, karena karakter kerakyatannya.Sementara Revolusi Perancis kerap disebut sebagai revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar, atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949
Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat.
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupanmasyarakat.Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya.Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut.Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern.Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik.
Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi Perancis, kemudian Revolusi Amerika.Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis.Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosialdan revolusi nasional.
Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal dengan Revolusi Rusia.Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi Perancis, karena karakter kerakyatannya.Sementara Revolusi Perancis kerap disebut sebagai revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar, atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949
Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat.
ada
dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam
peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban
penghidupan food-gathering menjadi foodproducing.Pada saat orang sudah mengenal
bercocok tanam dan berternak.Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula
bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja.Pohon-pohon
dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan kemudian dibakar.Tanah-tanah
yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu untuk beberapa kali berturut-turut
ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah muka
hasil kebudayan yang terkenal dizaman neolitikumini secara garis besar ,ada dua tahap perkembangan yaitu :
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah muka
hasil kebudayan yang terkenal dizaman neolitikumini secara garis besar ,ada dua tahap perkembangan yaitu :
A.KEBUDAYAN KAPAK PERSEGI
Asal-usul
penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.Nama
kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya
yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.Penampang kapak persegi tersedia
dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil.Yang ukuran besar lazim disebut
dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul.Sedangkan yang ukuran kecil
disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk
mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon.Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon.Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
berupa persegi panjang atau juga berbentuk trapezium. Yang dimaksud
dengan kapak persegi itu bukan hanya kapak persegi saja, tetapi banyak lagi
alat-alat lainnya dari berbagai ukuran dan berbagai keperluan; yang besar yaitu
kapak atau pacul, dan yang kecil yaitu tarah, yang tentunya digunakan untuk
mengerjakan kayu. Alat-alat itu semuanya sama bentuknya, agak melengkung
sedikit, dan diberi tangkai yang diikat kepada tempat lengkung itu.
Kapak persegi di Indonesia ini terutama ditemukan di wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Nusan Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi dan di Kalimantan. Bahan yang digunakan untuk membuat kapak persegi kebanyakan menggunakan batu api dan batu Kalcedon. Pembuatan kapak-kapak ini diperkirakan terpusat di beberapa tempat, dari dari sini menyebar ke tempat-tempat lain. Hal ini berdasarkan pada tempat penemuan kapak persegi di beberapa tempat yang tidak memiliki bahan batu api, yang digunakan sebagai bahan pembuatannya, sedangkan di pusat pembuatannya banyak sekali ditemukan kapak persegi yang semunya telah diberi bentuk namun masih kasar atau belum dihaluskan. Hal ini menandakan kalau kapak persegi dihaluskan oleh pemakainya bukan pembuatnya. Adapun perkiraan pusat-pusat dari pembuatan kapak persegi antara lain di dekat Lahat (Palembang), dekat Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya (Jawa Barat), di daerah Pacitan (Madiun) dan lereng selatan Gunung Ijen (Jawa Timur)Nama kapak persegi itu berasal dari Von Heine Goldern, berdasarkan kepada penampang-alang dari alat-alatnya, yang
Kapak persegi di Indonesia ini terutama ditemukan di wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Nusan Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi dan di Kalimantan. Bahan yang digunakan untuk membuat kapak persegi kebanyakan menggunakan batu api dan batu Kalcedon. Pembuatan kapak-kapak ini diperkirakan terpusat di beberapa tempat, dari dari sini menyebar ke tempat-tempat lain. Hal ini berdasarkan pada tempat penemuan kapak persegi di beberapa tempat yang tidak memiliki bahan batu api, yang digunakan sebagai bahan pembuatannya, sedangkan di pusat pembuatannya banyak sekali ditemukan kapak persegi yang semunya telah diberi bentuk namun masih kasar atau belum dihaluskan. Hal ini menandakan kalau kapak persegi dihaluskan oleh pemakainya bukan pembuatnya. Adapun perkiraan pusat-pusat dari pembuatan kapak persegi antara lain di dekat Lahat (Palembang), dekat Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya (Jawa Barat), di daerah Pacitan (Madiun) dan lereng selatan Gunung Ijen (Jawa Timur)Nama kapak persegi itu berasal dari Von Heine Goldern, berdasarkan kepada penampang-alang dari alat-alatnya, yang
B. KAPAK LONJONG
Paleolitikum, hal ini bisa dikatakan lebih baik karena hasil
peralatan yang ditemukan pada zaman ini lebih maju.Zaman Neolitikum
menghasilkan beberapa kebudayaan yang salah satunya adalah kebudayaan kapak
lonjong.Kapak lonjong ini dikatakan jauh lebih maju apabila dibandingkan dengan
kebudayaan zaman Paleolitikum, yaitu kebudayaan kapak genggam dan kapak
perimbas.
Tradisi kapak lonjong dapat diduga lebih tua daripada tradisi beliung persegi.Bukti-bukti stratigrafis telah ditunjukkan oleh T. Harrison dalam ekskavasi yang dilakukan di Gua Niah, Serawak, dan menurut pertanggalan C-I4 yang diperolehnya, kapak lonjong ditemukan dalam lapisan tanah yang berumur ± 8.000 SM.
Kapak ini bentuk umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajaman.Bagian tajaman diasah dari dua arah dan menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.Di sinilah bedanya dengan beliung persegi yang tidak pernah memiliki tajaman simetris (setangkup).Bentuk penampang lintangnya seperti lensa, lonjong, atau kebulat-bulatan.
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman.Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam.Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah
Tradisi kapak lonjong dapat diduga lebih tua daripada tradisi beliung persegi.Bukti-bukti stratigrafis telah ditunjukkan oleh T. Harrison dalam ekskavasi yang dilakukan di Gua Niah, Serawak, dan menurut pertanggalan C-I4 yang diperolehnya, kapak lonjong ditemukan dalam lapisan tanah yang berumur ± 8.000 SM.
Kapak ini bentuk umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajaman.Bagian tajaman diasah dari dua arah dan menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.Di sinilah bedanya dengan beliung persegi yang tidak pernah memiliki tajaman simetris (setangkup).Bentuk penampang lintangnya seperti lensa, lonjong, atau kebulat-bulatan.
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman.Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam.Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah
penyebaran kapak lonjong
adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak
lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog
menyebutkan
C.PERKEMBANGAN ZAMAN
LOGAM
Pada zaman prasejarah, zaman dibedakan berdasarkan alat-alatnya,
yaitu, zaman batu dan logam. Zaman batu yang termuda adalah zaman neolitikum
dan zaman selanjutnya adalah zaman logam. Dengan dimulainya zaman logam, bukan
berati berakhir zaman batu, karena pada zaman logam masih terdapat alat-alat
dan perkakas batu. Nama zaman logam hanya untuk menyatakan bahwa saat itu logam
telah dikenal dan dipergunakan orang untuk membuat alat-alat yang
diperlukan.
Logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu guna mendapat
alat yang dikehendaki. Logam harus dilebur dahulu dari bijinya untuk dapat
dipergunakan. Leburan logam itu yang kemudian dicetak. Tehnik pembuatan
benda-benda dari logam itu dinamakan <<a cire perdue>>, dan caranya
adalah: benda yang dikehendaki dan dibuat terlebih dahulu dari lilin, lengkap
dengan bagian-bagiannya. Kemudian model dari dari lilin itu ditutup dengan tanah.
Dengan jalan dipanaskan maka selubung tanah ini menjadi keras, sedangkan
lilinnya menjadi cair dan mengalir ke luar lubang yang telah disediakan di
dalam selubung itu. Jika telah habis lilinnya, dituangkan logam cair ke dalam
geronggang tempat lilin tadi. Dengan demikian logam itu menggantikan model
lilin tadi. Setelah dingin semuanya, selubung tanahnya dipecah, dan keluarlah
benda yang dikehendaki itu, bukan dari lilin melainkan logam.
Dari zaman-zaman prasejara, dapat ketahui bahwa zaman logam dibagi lagi
atas zaman tembaga, perunggu dan besi. Asia Tenggara tidak mengenal zaman
tembaga. Setelah neolitikum langsung ke zaman perunggu dan berlanjut
ke zaman besi. Di Indonesia zaman logam pun sulit untuk dibago ke dalam zaman
perunggu atau besi. Bisa dikatakan bahwa zama logam di Indonesia hanya zama
perunggu, karena alat-alat perkakas besi tidak banyak bedanya dengan alat-alat
zaman perunggu.
Perkembangan Teknologi
Teknologi yang digunakan oleh
manusia purba bermula dari peralatan yang dibuat dari bebatuan . Pada
praktiknya digunakan sebagai alat serba guna, karena satu alat bias memiliki
lebih dari satu fungsi sesuai kebutuhan mereka. Pada tahap paling awal alat
yang digunakan bersifat kebetulan dan seadanya. Mula mula mereka menggunakan
benda benda dari alam terutama batu.Berikut ini kami akan menjelaskan
perkembangan teknologi secara detail
1. Paleolitikum
Zaman Paleolitikum
disebut juga zaman batu tua karena hasil kebudayaan ter-buat dari batu yang
relatif masih sederhana dan kasar. Zaman ini
berlangsung antara tahun 50.000 SM – 10.000 SM.Zaman paleolitikum terbagi
menjadi 2 kebudayaan, yaitu :
1.
Kebudayaan Pacitan
Kebudyaan ini berkembang didaerah
pacitan Jawa
Timur. Berikut ini contoh
alat-alat dari batu yang
ditemukan di Pacitan :
§ Kapak Genggam :
digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah. Kapak ini ditemukan oleh
von koenigwald dalam penelitiannya tahun 1935. Kapak ini masih kasar dan bentuk
ujungnya agak runcing ditemukan di daerah punung
§ Kapak Perimbas :
digunakan untuk merimbas kayu, memahat tulang,dan sebagai senjata.
2.
Kebudayaan Ngandong
Berkembang didaerah
ngandong dan juga sidorejo,
dekat ngawi .Alat dari tulang, tanduk rusa, dan batu
yang berbentuk tombak yang ber-gerigi.Berikut contoh
alat-alat kebudayaan ngandong :
- Tulang
binatang dan tanduk rusa : digunakan sebagai penusuk untuk me-ngorek ubi
dan keladi dari dalam tanah dan menangkap ikan.
- Flakes
(alat yang terbuat dari batu Chalcedon) : digunakan untuk mengupas
makanan, menangkap ikan, dan mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
2. Mesolitikum
Zaman Mesolitikum dikenal juga
dengan Zaman Batu Madya. Hasil kebudayaan batu madya ini lebih maju
dibandingkan zaman paleolitikum. Secara garis besar, kebudayaan mesolitikum
terbagi menjadi 2, yakni di daerah pantai dan gua. Berikut kebudayaan yang
terdapat pada zaman mesolitikum :
1.
Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger
istilah dari bahasa Denmark yang
berarti sampah dapur atau
merupakan tumpukan timbunan
kulit siput dan kerang yang
meng-gunung sepanjang pantai
Sumatera Timur. Manusia
purba pada zaman ini umumnya
bertempat tinggal di tepi
pantai. Berikut alat-alat yang
ditemukan pada kebudayaan
kjokkenmoddinger :
- Kapak
Sumatra (pebble) : terbuat dari batu kali yang terbelah dua dan
teksturnya masih kasar.Kapak ini ditemukan olehvon stein callenfals pada
tahun 1925.
- Batu
Pipisan (batu-batu alat penggiling) : digunakan untuk menumbuk dan
menghaluskan jamu.
- Kapak
pendek (bache courte) : kapak yang berbentuk setengah lingkaran seperti
kapak genggam.
1.
Kebudayaan Abris Sous Roche
Merupakan hasil
kebudayaan yang ditemukan di gua-gua.
Hal ini
membuktikan bahwa manusia purba banyak hidup
di goa goa.
Penelitian tentang kebudayan pertama
dilakukan oleh Von
Stein Callenfels pada tahun 1928-
1931 di Gua Lawa
dekat Sampung, Ponorogo.Kebudayaan
abris sous roche
banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro
juga di daerah
Sulawesi Selatan. Berikut beberapa contoh
alat-alat yang
ditemukan pada kebudayaan Abris Sous
Roche :
- Alat-alat
dari bebatuan, seperti ujung panah, flakes, dan batu penggilingan.
- Alat-alat
dari tulang dan tanduk rusa.
3. Neolitikum
Neolitikum juga disebut zaman
batu muda.Pada zaman ini pola hidup food gathering digantikan dengan pola food
producing. Pada zaman neolitikum selain ditemukan kapak batu juga ditemukan
perhiasan seperti gelang dari batu, gerabah dan tembikar Pada zaman ini dibagi menjadi
dua tahap perkembangan :
1.
Kebudayaan kapak persegi
Berasal dari
penyebutan oleh Von Heine Gelderen
penamaan
ini dikaitkan dengan bentuk alatnya yang
berbentuk
persegi panjang dan ada yang berbentuk
trapezium. Alat –alat ini banyak ditemukan di kepulauan
Indonesia
bagian barat
- Kapak
persegi yang besar sering disebut beliung atau pacul (cangkul).
- Kapak
persegi yang berukuran kecil disebut tarah atau tatah
- Kapak
persegi cocok sebagai alat pertanian
1.
Kebudayaan kapak lonjong
Bentuk
keseluruhan alat lonjong seperti bulat telur.
Kapak ini
sering ditemukan di kepulauan Indonesia
bagian timur
- Kapak
yang berukuran besar disebut walzenbeil
- Kapak
yang berukuran kecil disebut kleinbeil
4. ZAMAN LOGAM
Zaman logam disebut masa perundagian.Di Indonesia Zaman
logam dibagi menjadi dua yaitu :
1.
Zaman Perunggu
Pada zaman perungggu manusia purba
sudah dapat
mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan
3 : 10 sehingga diperoleh logam yang
lebih keras. Alat-alat
perunggu pada zaman ini antara lain :
§ Kapak Perunggu
§ Nekara Perunggu
(Moko)
§ Bejana Perunggu
§ Arca Perunggu
2.
Zaman Besi
Zaman Besi Pada zaman ini orang sudah dapat melebur
besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang
diperlukan. Teknik
peleburan besi lebih sulit dari teknik
peleburan tembaga
maupun perunggu sebab melebur besi
membutuhkan panas yang
sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang
dihasilkan antara lain:
- Mata
Kapak bertungkai kayu
- Mata
Pisau
- Mata
Sabit
- Mata
Pedang
- Cangkul
0 komentar:
Post a Comment